Dari jejak kisah Kerajaan Bataguh dapat ditemukan juga mata dadu dari kayu ulin yang berbentuk persegi panjang, dadu ini dimiliki oleh seorang ketua RT wilayah handel Alai, dalam foto ini dadu beserta batu-batuan, serta gelang timah.

Dadu ini menambahkan pengetahuan bahwa dahulu kala masyarakat kerajaan Bataguh sudah memainkan permainkan Dadu. Namun mata dadu yang tampak terukir adalah 1-4 dan tidak sampai 6 mata seperti mata dadu biasanya. Masuknya permainan dadu di Kerajaan Bataguh tidak dapat diungkapkan sejak kapan, namun diduga tampak dari kesamaan adanya permainan dadu walau tidak semodern dengan mata dadu sampai 6 mata dadu di wilayah lain seperti Cina dan Mesir sejak 600 SM, bahkan 2000 SM, sepertinya Kerajaan Bataguh memiliki hubungan yang luas dengan kerajaan luar daerahnya.


Kota Bataguh Pematang Sawang memiliki kesan yang sangat berarti bagi sejarah asal usul Nyai Undang (Pimpinan Dayak) , para panglimanya serta penduduknya yang kini jadi misteri, kisah-kisahnya begitu terdengar sebagai kisah misteri yang sampai sekarang belum terungkap, namun demikian misteri yang selama ini melalui kisah-kisah antar masyarakat mulai terkuak, dengan ditemukannya peninggalan-peninggalan benda-benda seperti batu-batuan, kemudi, dan patung yang diperkirakan sebagai Patung Nyai Undang.
Patung yang dimiliki oleh penduduk (Juhari/40 thn) sekitar di wilayah Kelurahan Pulau Kupang Kota Bataguh merupakan Patung yang terbuat dari Kayu Ulin yang menurut ceritanya merupakan patung yang mereka dapatkan dari mencari emas(mendulang emas) di sekitar lokasi Kerajaan Bataguh. Patung yang didapatkannya ini dikedalaman ± 3 meter dari permukaan tanah.
Patung dari kayu ulin ini berwujud patung manusia sebagai seorang perempuan yang bertelinga panjang dengan ketinggian ± 7 cm. Sebelah kanan daun telinga patung ini telah hilang sejak awal ditemukan, menurut pengamatan kami, telinga panjang adalah telinga yang dimiliki wanita dayak dewasa pada zaman dahulu dan masih ada beberapa wanita dayak di beberapa daerah yang melestarikannya hingga sekarang. Telinga panjang yang terbentuk karena wanita dayak dewasa menggunakan bandul di telinganya hingga menarik lubang daun telinga tempat bandul. Untuk kaum wanita dayak dulunya, jika telinganya semakin panjang dan bandul telinganya semakin banyak maka dia semakin cantik.
Patung ini merupakan salah satu bukti sejarah yang dapat menjadi petunjuk bagi penelitian mengenai adanya pengetahuan membuat patung oleh nenek moyang dayak yang ada di Kerajaan Bataguh.

KOTA BATAGUH YANG PERNAH ADA

DI KELURAHAN KUPANG KECAMATAN SELAT


Seiring berjalannya waktu dan perubahan sosial masyarakat serta jatuh bangunannya suatu masa kekuasaan atas yang dikuasai terjadi silih berganti, yang kuat menguasai yang lemah dan ditindas atau dijajah dan kejadian itu selalu berulang dengan komunitas masyarakat yang berbeda. Energi mereka habis terkuras hanya untuk mempertahankan diri dari serangan kelompok lain agar tetap bisa bertahan dan ada kelompok lain yang tidak hanya sekedar bertahan tetapi juga ingin mengusai suatu wilayah baik sumber-sumber alam maupun manusianya akhirnya timbullah perang konplik antar kelompok lain.

Dulu sebelum pra kemerdekaan konon katanya pernah ada suatu kehidupan pemerintahan kerajaan yang dipimpin oleh seorang putri yaitu Nyai Undang, tempatnya terletak diwilayah Kelurahan Kupang Kecamatan Selat di handel kota dan handel bataguh, cerita legenda tentang dulu pernah ada kerajaan tersebar dari mulut-mulut dari masyarakat biasa sampai Pejabat dari petani sampai pengusaha dari masyarakat awam sampai mahasiswa.

Tim Survey RAPI bersama dengan Bikers Kapuas melakukan penelusuran dan penjajakan mengumpulkan bahan-bahan dan diambil dari beberapa referensi baik buku-buku, cerita para tokoh adat, tokoh, agama, tokoh masyarkat dan masyarakat setempat. Dari beberapa informasi yang berhasil dihimpun tidak ada satupun yang memberikan jawaban secara akurat dan pasti bagaimana terjadi munculnya kerajaan bataguh sampai pada akhirnya kerajaan tersebut lenyap begitu saja tanpa ada yang tahu bagaimana sejarahnya sampai saat ini. Kemudian tim RAPI terjun langsung kelapangan melakukan observasi kelokasi titik dimana dulu Kota Btaguh itu pernah ada, setelah beberapa jam melakukan perjalanan dengan dipandu oleh bebrapa orang masyarakat bataguh, tim RAPI berdecak kagum karena ternyata ditempat tersebut kita menemukan ada beberapa tiang ulin yang diameternya 50 cm kemungkinan dulu bekas tiang rumah betang dan juga ada ulin yang tersusun rapi mungkin dulu itu pagar atau beteng, menurut cerita masyarakat disana dulu sangat banyak tiang-tiang ulin tersebut tetapi sekarang sudah banyak yang hilang dan diambil atau dicabut untuk keperluan membuat rumah penduduk setempat, ternyata sebagian besar rumah penduduk setempat tongkat rumah mereka ulinnya mengambil dari tempat peninggalan kerajaan bataguh.

Ada lagi penulusuran tim RAPI menemukan batu, tembikar cincin batu permata, alat kemudi kapal, emas yang sudah jadi, seperti gelang kalung bahkan lencana binang 7 (tujuh) terbuat dari emas serta patung dari kayu dan banyak lagi yang lainnya.

Foto Kemudi Kapal

batu-batuan dan lainnya

Penemuan tersebut membuat tim RAPI menghentikan penelusurannya, dan dengan bukti-bukti tersebut yakin bahwa memang dulu pernah ada satu peradaban masyarakat yang sudah maju karena sudah mengenal sistem pemerintahan dan ada satu tatanan sosial masyarakat dengan sistem pertanian yang sudah mengenal pola bercocok tanam, namun ini hanya jawaban sementara terhadap apa yang kami temukan diapangan dan juga Tim RAPI belum mendapatkan cerita atau informasi yang lebih lengkap dan akurat bagaimana Kota Bataguh tersebut bisa hilang begitu saja.

Melalui penelurusuran dan penjajakan survey yang dilakukan oleh Tim RAPI ini, berharap kepada Pemerintah, Legislatif, seluruh komponen masyarat, swasta, dunia usaha agar lebih memperhatikan situs bersejarah ini dapat digali untuk mengetahui lebih detail baik keberadaan kota bataguh maupun sisa-sisa peninggalan harta kekayaan yang diperkirakan masih banyak terpendam, untuk dapat diangkat kembali dan dijadikan benda-benda yang dimuseumkan agar kita para generasi anak cucu berikutnya dapat mengenal dan mengetahui peradaban nenek moyangnya pada waktu itu sekaligus bisa dijadikan tempat wisata dan dapat memberikan income dan pendapatan asli daerah jangan samapai keterlambatan penangannya akan terulang kembali satu kejadian pada tahun 1985 masyarakat melakukan pencarian harta karun dengan cara menambang secara besar-besaran yang pada akhirnya benda-benda bernilai tinggi itu berpindah ketangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab dan hanya memikirkan kepentingan pribadi semata. Menurut informasi ada puluhan kilogram emas yang sudah diperoleh kemudian dijual, ini sangat disayangkan karena yang ingin kita lestarikan adalah nilai sejarahnya tidak hanya nilai emas murninya saja.

Selain dari pada itu tempat tersebut sangat potensial dijadikan tempat wisata, jadi perlu polesan tangan dingin seorang seniman wisata untuk membangunan lokasi tersebut menjadi kawasan wisata alam dengan panorama kota bataguh tempo dulu, sehingga sangat menarik untuk dikunjungi baik wisata lokal, maupun regional bahkan nasional.

KOTA BATAGUH JEJAK KEPAHLAWANAN DAYAK

Kota Bataguh Kelurahan Pulau Kupang Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah merupakan suatu titik temu sejarah yang baru ini dapat kita jumpai melalui Touring RAPI wilayah 04 Kapuas bersama Polres Kapuas dan Perkumpulan/club motor Kapuas. Melalui kunjungan ini dapat ditemukan beberapa peninggalan sejarah yang dapat diangkat ke permukaan sehingga dapat diperhatikan oleh Pemerintah Daerah untuk dipelihara dan dikelola sebagai wilayah situs sejarah dan bahkan dapat dijadikan wilayah wisata yang bersifat mendidik untuk generasi muda.
Touring menuju Kota Bataguh memerlukan perjuangan yang tidak mudah karena pada saat itu Minggu, 27 Desember 2009, pukul 08.00 yang dilepaskan oleh Kapolres Kapuas, dalam suasana diguyur hujan, menjadikan sepanjang jalan menuju Kota Bataguh becek dan berlumpur, ini disebabkan juga karena jalan menuju lokasi masih menggunakan tanah dan pasir serta batu, dan tidak adanya jalan beraspal. Situasi ini menjadikan perjalanan terasa melelahkan, dan dari ratusan peserta, banyak peserta touring yang terjatuh dari motornya.

Foto Peserta Touring
Butuh waktu kurang lebih satu jam untuk mencapai lokasi dengan kendaraan roda dua. Tibanya di lokasi Kota Bataguh menjadi hal yang sangat menyenangkan, karena banyaknya antusias penduduk sekitar yang ikut meramaikan kegiatan. Disambut oleh Lurah Pulau Kupang, dan seorang tokoh masyarakat yang menceritakan asal muasal ditemukannya peninggalan nenek moyang Kota Bataguh berupa Kayu Ulin besar-besar yang dulunya merupakan pondasi betang besar (istana), dan kini sebagian kecil saja yang tersisa akibat banyaknya ulin yang dicabut oleh masyarakat untuk kebutuhannya. Dilokasi juga ditemukan batu-batuan yang banyak bertumpuk di tiap pesanggrahan dan bendera-bendera kuning khas dayak.

Foto bersama masyarakat Kota Bataguh

Di lokasi tidak banyak yang dapat dilihat akibat lokasi kota Bataguh yang sebagian besar diselimuti oleh pohon semak belukar dan hanya 2 pesanggrahan yang dapat kita kunjungi dari 7 pesanggrahan yang diceritakan Narasumber dari tokoh masyarakat. 5 pesanggrahan lainnya masih tertupi oleh semak belukar dan rumput yang lebih tinggi dari pesanggrahan dimaksud.
Dulunya berdasar cerita Narasumber (Juriansyah/ 77Th), Kota Bataguh merupakan kerajaan Dayak yang dipimpin oleh seorang wanita cantik bernama Nyai Undang beserta para panglimanya yang gagah perkasa serta berilmu, sekarang cerita kedikjayaan mereka masih misteri dan belum terungkap secara pasti, namun melalui sisa-sisa peninggalan bangunan serta ukiran patung dan batu serta alat-alat rumah tangga yang sebagian besar dari ulin merupakan bukti adanya kehidupan masyarakat yang sudah memiliki kebudayaan tinggi dalam mengolah kebutuhannya. Kisahnya pula tentang kepercayaan dayak tentang orang gaib dan hal lainnya, ditambah lagi sedikit kisah tentang kepahlawanan perlawanan mereka terhadap penjajah Belanda, menambah tingginya rasa hormat kepada pendahulu nenek moyang yang pernah tinggal di Kota Bataguh.

Foto Dadu, gelang dan batu2an dari Bataguh
Kenangan Kota Bataguh dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan yang tersisa tapi apakah Penguasa Bataguh beserta Panglima dalam cerita sebagai Pahlawan Dayak itu dapat dibuktikan anak cucunya sebagai bentuk penghargaan, dengan mengangkat dan meneliti lebih dalam tentang Kota Bataguh beserta pahlawannya.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Untuk menjadi bangsa yang besar kita harus dapat menghargai jasa para pahlawan, dengan demikian kita dapat mewujudkan tujuan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang memiliki rasa terima kasih dan dapat membalaskan budi kepada pahlawan dengan menghargai mereka dan tidak meninggalkan hasil perjuangan mereka dengan memperhatikan dan memperdulikan apa yang telah mereka perjuangkan.
Mewujudkan bentuk rasa penghargaan kepada para pahlawan adalah hal yang luar biasa untuk besarnya bangsa, dengan memelihara daerah yang mengandung nilai sejarah dan menelusuri kembali setiap jejak para pahlawannya, dengan begitu kita membuktikan adanya kebudayaan asli yang dimiliki sebelumnya. hal ini dapat menjadi sumber motivasi bagi seluruh masyarakat dalam kehidupan di Kepulauan Nusantara sebagai bangsa yang besar, sebagai bagian Nusantara, baik dalam lingkup Nasional dan juga dalam lingkup kedaerahan.